MENGAPA SEMAKIN BANYAK MANUSIA CERDAS-KRITIS-BIJAK MENINGGALKAN AGAMA?

Awal September 2006 diberitakan bahwa Alqaida, organisasi massa Islam bergaris keras, menyerukan agar presiden Bush dari USA dan perdana menteri Blair dari Inggris untuk memeluk agama Islam. Seruan ini sungguh luar biasa mengingat di dunia modern, baik di Asia (Jepang, Korea, Taiwan, Singapore), Amerika Utara maupun Eropa, agama apapun sudah tidak laku; mereka  yang sangat cerdas-kritis-analitis sudah tidak perduli lagi dengan agama, namun mereka amat sangat peduli dengan etika, moral, budi pekerti dan hukum. Hampir semua pemenang hadiah Nobel menandaskan tidak perduli lagi dengan agama! Beragama belum tentu ber Tuhan (lihat banyaknya kriminalitas, kemunafikan dan ketidak adilan di negara yang justru beragama dengan ketat); hidup yang baik dan religius adalah lebih penting dari beragama. Salah satu definisi umum tentang religiositas adalah: sikap hatinurani, batin dan pikiran manusia yang selalu diarahkan kepada perbuatan baik, kasih sayang, kebenaran dan keadilan.
Para pembaca yang budiman, jangan salah sangka, tulisan ini sama sekali tidak untuk menyerang agama, melainkan untuk memberikan justifikasi/pembenaran tentang betapa sulitnya bagi para manusia yang cerdas-kritis-analitis-sadar untuk menerima ajaran suatu agama yang dipandang kurang/tidak rasional serta sekaligus untuk meluruskan cara beragama bagi sementara orang agar mereka dapat beragama secara rasional, sopan, baik, santun dan benar; sebab kalau umat beragama tidak aktip menentang struktur2 sosial dan organisasi2 ekonomi yang menyebabkan kemiskinan, kelaparan, dan kebodohan, agama justru akan menjadi hantu masyarakat. Dan kalau agama tidak mengungkapkan cinta kasih Tuhan serta tidak menjadi pionir dalam konstruksi kemajuan budaya suatu bangsa, maka agama justru patut disamakan dengan sumber ketidakadilan, pembodohan, kemunduran dan penindasan. Agama masih diperlukan terutama bagi yang ingin berkenalan dengan Tuhan, namun belajar agama harus sampai mencapai tingkat tertinggi yaitu religiositas! Manusia yang sudah mencapai derajat religiositas yang tinggi, sudah tidak lagi mementingkan wadahnya yaitu agama, melainkan lebih mementingkan isi (intisari/makna) suatu ajaran agama, dan ia tidak pernah berhenti pada agama/kitab tertentu dalam mencari Sang Kebenaran melainkan untuk terusmenerus mencari sumber2 yang baru, sebab Tuhan bukan milik masa lampau (ribuan tahun yang lalu, saat hidup para nabi-nabinya), melainkan lebih mengarah ke masa depan (milyaran tahun lagi). Jadi, yang membedakan antara manusia religius yang cerdas-kritis-analitis-sadar dan manusia agamis yang berpandangan sempit adalah : yang satu ingin membebaskan Tuhan (dan manusia) dari belenggu agama beserta kitab sucinya, sebaliknya yang lain justru ingin memenjarakan Tuhan (dan manusia) kedalam hanya satu buku tipis-edisi lama yang disebut kitab suci! (Maaf kalimat terakhir ini sengaja disangatkan pengaruhnya!)
Kembali ke teriakan petinggi Alqaida untuk memeluk agama Islam bagi Bush dan Blair, ajakan ini selain terkesan sombong bahkan ada kesan lain: bodoh (namun setelah anda baca tuntas artikel ini). Kekuatan Islam adalah pada klaim bahwa agama Islam adalah sempurna dan yang terakhir. Klaim ini hanya berlaku pada manusia-manusia yang tidak mampu bersikap cerdas-kritis-analitis, sebaliknya bagi mereka yang cerdas-kritis-analitis-sadar, klaim ini justru merupakan kelemahan yang fundamental/mendasar bagi agama Islam. Justifikasi rasional dibawah ini mengungkapkan dengan tuntas hal ini.  Kontributor utama artikel ini adalah tiga orang profesor dari luar negeri yaitu dari Jepang, Inggris, dan Australia. Sebagai ilmuwan yang sudah tua dan sudah makan asam garam dunia, mereka ingin memberikan sumbang saran pemikiran. Intisari pembicaraan mengatakan bahwa Islam memang akan dapat menguasai dunia apabila dapat menjelaskan secara logik/nalar ajaran2nya kepada para calon pemeluknya, terutama kepada para cendekiawan/scientiests yang kebanyakan sudah tidak peduli dengan agama. Tantangan ini kiranya juga dapat diberlakukan bagi agama lain (jadi bukan hanya untuk Islam). Menurut mereka, dinegara modern, apa saja dapat diperdebatkan atau didiskusikan, termasuk agama, sebab debat dan adu argumentasi akan meningkatkan inteligensia (IQ) dan EQ, asalkan kaki, tangan dan emosi (kelahi) tidak boleh disertakan dalam debat! Larang-melarang diskusi/debat menunjukan tingkat kecerdasan yang masih jauh tertinggal, last but not least: semua manusia cerdas pasti gemar berdebat, dan jika Tuhan sendiri adalah Maha Cerdas, pastilah Beliau menyukai debat! Larang-melarang diskusi/debat agama atas dalih keyakinan biasanya diperintahkan oleh pemuka agama demi kelanggengan dominasi mereka untuk menguasai umat, agama dan Tuhan demi alasan politis, kekuasaan dan finansial. Ketiga Professor itu berpesan: “Jika suatu agama hanya mengakibatkan beban bagi umat manusia dan negara, menguras devisa negara, membuat kemuduran bangsa, bertentangan dengan logika/nalar, serta justru membatasi Tuhan dan mengkotak-kotakan manusia sehingga menyebabkan perpecahan bangsa, maka sebaiknya agama semacam itu ditinggalkan saja.” Berikut ini intisari pendapat ketiga ilmuwan tsb.
1.    Muhammad mengaku menerima kitab suci dari langit secara langsung (“tiban”), padahal bukti-buktinya (kitab) tidak ada. Seandainya kitab suci itu ada, seperti apakah maha karya Tuhan itu – semaha indah seperti apa, apakah tulisan tangan, atau sudah pakai komputer dengan Microsoft Word dan dicetak dengan laser printer?
2.    Bukankah semua ilmu pengetahuan dan teknologi dari hal yang sangat sederhana, misalnya: dalam matematika: satu tambah satu = dua, dalam Fisika: hukum Pascal, Archimedes, bejana berhubungan, dalam ekonomi: hukum permintaan, dst., sampai dengan yang amat canggih (atom, komputer, genetik, DNA), semuanya adalah jerih payah manusia selama ribuan tahun di laboratorium-laboratorium, dan tidak ada yang bersifat “tiban”. Sejarah membuktikan bahwa Tuhan belum pernah menurunkan hukum2 atau kaidah2 ilmu pengetahuan, agama dan teknologi dari langit secara langsung (tiban), misalnya dalam bentuk Kitab Suci Ilmu Pengetahuan dan Teknologi! Ingat kitab suci agama manapun selain Islam juga ditulis oleh manusia, bukan oleh Tuhan.
3.    Seandainya ada klaim dari seorang nabi tertentu yang menyatakan Tuhan telah menurunkan kitab maha suci bernama X langsung dari surga (tiban), dapatkah ia membuktikan keberadaan kitab itu? Catatan tambahan penulis: Tanpa ada bukti adanya kitab tiban itu, bukankah ini bagaikan Soeharto (mantan presiden RI) yang mengaku menerima Supersemar (yang sampai saat ini belum diketemukan aslinya), kemudian menggunakan surat kayal itu untuk berkuasa dan memperdaya bangsanya  (k.l. 200 juta dan yang s/d saat ini belum sadar tertipu!). Menurut kaum Moslem, Alqouran yang ada adalah hanya salinan dari yang asli (tiban), yang ternyata isinya mirip kitab suci orang Yahudi dan Kristen dengan tambahan-tambahan yang sulit diterima akal seperti terbukti dibawah ini dan menurut ahli bahasa banyak kesalahan bahasanya (lihat artikel di http://www.faithfreedom.org  ATAU http://indonesia.faithfreedom.org/ ). Jika alquran datang dari Allah, maka alquran haruslah independent, karya Tuhan adalah karya masterpiece dan bukan plagiat (meniru kitab suci orang Yahudi), apalagi kontradiksi, apalagi menganulir perkataan2nya/ firmannya yang lebih dahulu ada. Alquran mengutip dan membenarkan kitab2 sebelumnya (plagiat) tapi isi dan ajarannya seringkali bertolak belakang 180 derajat. Kemudian apa yang sudah dijungkirbalikan isinya ini lalu tidak boleh diupdate, dan dianggap sempurna. Inikah karya masterpiece Tuhan yang maha tahu dan mahabesar itu? Bukankah klaim kitab suci tiban (Alqouran) ini tidak nalar? Tidak adanya Alqouran yang asli ditambah adanya larangan menayangkan wajah nabi Muhammad (benar adakah si Muhammad itu?), membuat manusia yang cerdas dan mau berpikir kritis beranggapan bahwa Alqouran beserta nabinya adalah rekayasa manusia Arab yang genius. Perlu dimengerti, kitab suci agama selain Islam adalah buah tangan manusia dengan bukti-bukti historis yang nyata dan benar.
4.    Alqouran/Muhammad mengajarkan hukum dan aturan yang bersifat: mudah usang dimakan oleh jaman, statis, beku, tidak adil, bias gender, sulit diterapkan, berlaku lokal/regional (setempat), kurang menghormati hak asasi manusia, sadistik, ruwet serta banyak ayat2 yang tidak rasional dan ambigu/bias. Berikut ini penjelasan hukum-hukum itu, misalnya saja: cara berpakaian (jilbab); hukuman yang bersifat sadisme dan membuat cacat, misal potong tangan, penggal kepala dan dilempari batu; cara berpuasa yang tidak adil dan tidak rasional berdasarkan terbit-tenggelamnya matahari tanpa mengingat pembagian waktu dibelahan bumi yang berbeda-beda, ingat dikutub-kutub bumi, dimusim dingin matahari hanya muncul kurang dari 2 jam; pria boleh poligami, wanita tidak boleh poliandri (rasio laki: perempuan disuatu daerah tidak menentu); sex dianggap kotor, sehabis melakukan hubungan sex, pelaku wajib keramas; cara berdoa yang rumit; wanita baru mens dianggap kotor dan wanita dianggap sumber napsu berahi maka badan wanita harus dibungkus dari ujung kaki s/d kepala, cukup kelihatan mata saja; wanita mempunyai hak waris lebih sedikit, ini sungguh sangat bias gender dan tidak adil; cara berdoa yang terpisah antara pria dan wanita; anggapan wanita yang sedang datang bulan sebagai kotor; bias binatang: binatang anjing yang mempunyai kecerdasan tinggi dan penyayang manusia (mampu berteman dengan sangat akrab, dan sangat bermanfaat bagi manusia) di najiskan, misal tidak boleh kena air liurnya; babi yang sangat mudah diternakan dan dagingnya sangat lezat (yang menjadi sumber daging utama dinegara non Moslem) di haramkan; cara membunuh hewan yang kurang berperikehewanan (digorok lehernya); orang pindah agama diancam hukuman mati (ini melanggar sifat Tuhan yang Maha Demokratis dan menghormati hak asasi); mengklaim paling benar dan mengatakan kafir pada kelompok lain, kemudian menambahkan ajaran jihad yang bila dipadukan (kafir dan jihad) dapat dipakai sebagai alat politik yang ampuh; dan sebagainya. Hukum2/aturan2 yang semacam ini bukankah justru melecehkan Sang Pembuat (=Tuhan) karena mencerminkan bahwa sang pembuat kok sebegitu tolol, padahal katanya Tuhan itu Maha Cerdas, mengapa aturannya kok sebegitu mudah usang, bersifat lokal/regional dan irasional, serta banyak mengandung kekerasan dan kekejaman? Jadi, siapa yang tolol: Muhammad atau Tuhannya Muhammad? Bila Muhammad yang tolol, bukankah yang percaya kepada Muhammad lebih tolol lagi?
5.    Alqouran/Muhammad mengajarkan cara berdoa yang tidak logis. Sembahyang lima waktu berdasar terbit-tenggelamnya matahari, kembali lagi, Tuhannya Muhammad kurang mengerti/menyadari ciptaannya sendiri bahwa dikutub-kutub bumi, seringkali siang dan malam itu hampir tidak ada sama sekali! Selain itu, berdoa (dan berkotbah) dengan alat pengeras suara yang demikian hingar bingar menyiratkan bahwa Tuhannya Muhammad mengalami kesulitan/cacat pendengaran, disamping itu hal ini sangat mengganggu ketenangan, ketentraman, dan kepentigan umum (melanggar HAM). Demikian pula aturan bahwa pria dan wanita harus terpisah saat sembahyang, dan bila saling senggol sudah dianggap kotor, menunjukan atau mengajarkan/membiasakan pikiran yang mesum bagi umatnya. Aneh dan tidak logis, tuhannya Muhammad kurang cerdas dan suka berpikiran mesum/munafik, cacat pendengaran, dan suka mengusik ketenangan umum.
6.    Karena Alqouran tidak memakai perumpamaan2, maka ayat2nya yang mudah usang dan tertinggal jaman seringkali membingungkan umatnya (karena bias, misal: haram-halal, kafir, memandang rendah wanita, bunga bank, dst.). Contoh lain yang sangat aktual adalah ayat-ayat yang diungkapkan oleh banyak penulis di forum internet, misalnya tentang ayat2 yang mendasari: bunuh diri dan membunuh orang lain, jihad, dan mengkafirkan keyakinan lain, yang semuanya ini menjadi dasar suburnya terorisme. Karena ayat2 itu boleh dikata menjadi sumber terorisme, maka tanpa dapat di update, bahaya terorisme didunia ini akan selalu mengancam. Dan ancaman ini terbukti terjadi mengingat adanya klaim bahwa Muhammad adalah nabi terakhir sehingga mengakibatkan agama Islam menemui jalan buntu untuk dapat direformasi dari ayat2 yang bias, sudah usang dan tertinggal jaman. Kalau tidak ada nabi baru setelah Muhammad, lalu melalui siapa bila Tuhan ingin mereformasi kitab suci Nya? Menurut petuah orang bijak: Pakaian dijahit untuk manusia, jadi bukan manusia dijahit untuk pakaian. Maka, kalau ukuran manusianya berkembang seiring waktu, pakaian sering kali menjadi sesak, maka jahitannya perlu disesuaikan, bukan manusianya dikecilkan/dioperasi agar pas dengan pakaiannya. Mirip dengan kebijakan diatas, agama itu untuk manusia, bukan manusia untuk agama; jadi kalau ada ayat2 yang sudah tidak layak lagi atau sangat membingungkan, maka kitab suci tsb. harus di update. Bukan manusianya dipasung untuk tetap menerima ayat yang sudah sulit diterima akal, dan juga bukan Tuhannya yang dimasukan kejalan buntu (karena tak ada Nabi baru lagi), serta bukan Tuhannya selalu dipenjarakan kemasa lalu. Bukankah dengan pernyataan Muhammad seperti itu justru menandaskan bahwa Islam adalah agama masa lalu yang tidak punya masa depan lagi? Bukankah hal ini mengakibatkan perpecahan dan/atau pertumpahan darah diantara sesama umat Islam sendiri yang menginginkan reformasi Islam, misal antara Suni, Ahmadiah dan Siah, antara Muhammadiah dan NU, antara kolot dan liberal, dst.? Dimana mereka juga akan saling klaim lebih Islami, dan mungkin akan disertai kekerasan/pembunuhan/pertempuran? Sungguh sulit dimengerti dan dipercaya oleh nalar, bahwa seorang manusia yang berumur sangat terbatas justru berani membatasi Tuhannya yang usiaNya tak Terbatas dengan mengaku bahwa ia adalah nabi terakhir!
7.    Kontradiksi logika lain dalam Alqouran/Muhammad adalah adanya ayat yang menandaskan bahwa agama Islam adalah agama terakhir yang sempurna, tanpa cacat cela; namun dalam ayat yang lain ditandaskan bahwa Alqouran hanya bagaikan setitik pasir dipantai dibandingkan Tuhan! Salah satu ayat Alqouran dengan tegas menandaskan bahwa apabila semua ajaran Allah dituliskan, maka tinta jumlahan semua samudrapun tidak akan cukup! Jadi Alqouran dan Islam adalah amat sangat maha terbatas sekali (jumlah ayat2nya hanya sedikit sekali), sedangkan Tuhan adalah amat sangat Maha Tak Terbatas! Dengan demikian, klaim bahwa Islam adalah agama yang sempurna merupakan kontradiksi yang luar biasa! Klaim agama yang sempurna ini juga merendahkan martabat Tuhan mengingat sesuatu yang Maha Sempurna dan Tak Terbatas kok cukup ditulis dan diwadahi hanya dalam buku setipis Alqouran (yang kurang dari 1000 halaman). Klaim ini juga menyiratkan bahwa Tuhan itu seolah-olah beragama Islam; hal ini adalah maha kayal sekali; bagaimana Sang Maha Cerdas dan Maha Sempurna dapat diwadahi pada sesuatu yang maha sempit, maha terbatas, dan banyak yang tidak nalar? Klaim ini juga menyiratkan bahwa bagi Muhammad – kebenaran itu absolut bukan relative, sungguh paham yang sangat membahayakan perbedaan pendapat bukan? Budha dan Isa tidak mendirikan agama, hanya para pengikut mereka yang mendirikan agama.
8.    Jika Tuhan itu ada, maka Ia pasti sesuatu yang hidup, sangat dinamis bukan statis. Namun mengingat aturan2 dalam Alqouran seperti dibahas diatas ternyata bersifat kaku, beku, dan statis (dan banyak yang sudah ketinggalan jaman, serta tak dapat di update karena Muhammad diklaim sebagai nabi terakhir), maka sifat ini merupakan kontradiksi logika yang parah sekali, selain itu juga merendahkan martabat Tuhan yang Maha Dinamis, Maha Tak terbatas dan Maha Sempurna. Agama Islam lalu bagaikan agama yang telah mati, karena hanya memiliki masa lampau tanpa memiliki masa depan.
9. Alqouran/Muhammad memuat logika yang saling kontradiksi. Dikatakan bahwa Allah adalah Maha Besar; namun Muhammad mengaku sebagai nabi terakhir. Mana mungkin sesuatu yang Tak Terbatas dan Maha Besar (Allah, milyaran tahun) cukup dijelaskan oleh satu orang saja yang SANGAT TERBATAS (Muhammad, umur manusia k.l. 80 tahun saja)! Nabi agama lain tidak ada yang berani membatasi Tuhannya! Setelah  Muhammad  ternyata masih banyak nabi bermunculan, silahkan cari di internet dengan mengetik: New Religion di http://www.google.com; contoh nabi lain misalnya Yoseph Smith pendiri gereja Mormon di tahun 800 (k.l 400 thn setelah Muhammad). Jika Allah bisa digambarkan sebagai garis lurus berawal dari minus tak terhingga (tak tahu kapan awalnya = alpha) dan berakhir di plus terhingga (tak tahu kapan berakhirnya = omega), maka mana mungkin seorang manusia yang hidup di suatu range (daerah) umur yang sangat terbatas (katakan 75 tahun) mampu menjelaskan sendirian secara tuntas sesuatu yang tak terhingga (milyaran tahun)! Bumi dan universe sudah milyaran tahun, dan masih milyaran tahun lagi, maka seribu, sejuta atau bahkan semilyar nabi disertai ilmuwan tidak akan pernah selesai mempelajari universe dan Tuhan! Ilmu Fisika tidak boleh diberhentikan cukup pada Newton saja bukan (ada Einstein, ada Quantum, dst.)? Adalah sangat kayal, pabila Newton menyatakan bahwa ia adalah Fisikawan terakhir dan hukum Newton adalah hukum Fisika terakhir yang sempurna dan Tuhanpun beraliran fisika Newtonian! Sesuatu Yang Maha Takterbatas (Tuhan) diklaim cukup dijelaskan oleh hanya seorang manusia yang amat sangat terbatas (Muhammad) dalam sebuah buku (Alqouran) yang sangat terbatas (tipis), edisi lama, dan tak pernah dapat direvisi pula, ini adalah maha kontradiksi dan maha kayal! Budha dan Isa tidak membatasi Tuhan, namun Muhammad dengan tegas membatasiNya!
10.    Secara umum dikatakan bahwa Tuhan itu menghormati hak asasi manusia (HAM). Namun hal ini tidak tercermin dalam Islam. Pindah agama dapat dikenai hukuman mati; kawin campur antara wanita Muslim dengan pria agama lain tidak diperkenankan; cara berdoa yang mengganggu ketentraman umum; mengkritik agama atau berbeda pendapat dengan lembaga tertinggi agama dapat di fatwa hukuman mati atau diteror dengan kekerasan. Kalau demikian, bolehkah dikatakan: “Tuhannya Islam” suka melanggar HAM?
11.    Pria Muslim dapat menikah dengan wanita non Muslim, tapi sebaliknya tidak berlaku. Pria boleh nikah lebih dari satu istri (poligami), tapi sebaliknya tidak berlaku. Pria boleh jadi imam, tapi sebaliknya tidak berlaku. Pria mendapatkan warisan yang lebih banyak dari pada wanita, dst. Kalau demikian, bolehkah dikatakan: “Tuhannya Islam” sangat bias gender dan tidak adil?
12.    Demikian pula dengan adanya ayat yang mengkafirkan keyakinan/pendapat/ajaran lain. Alqouran tidak mengenal agama selain Islam (3:85). Alqouran mengutuk orang yang tidak percaya Islam agar masuk neraka (5:10), dan mengelompokan mereka sebagai najis/kotor (9:28); Alqouran juga memerintahkan untuk memerangi mereka sampai tidak ada agama selain Islam didunia ini (2:193); Alqouran juga memerintahkan untuk membantai atau menyalib atau memotong tangan dan kaki pada orang yang tidak percaya Islam dan mengusir mereka keluar daerah dengan cara yang memalukan! Nampak bahwa Islam tidak seiring dengan sifat Tuhan yang menghormati pluralisme dan penuh kasih sayang. Tuhan menciptakan berbagai suku bangsa, berbagai jenis hewan dan tumbuhan, lalu Tuhan menciptakan matahari untuk menyinari semua ciptaanNya, bukan hanya untuk golongan tetentu saja. Berapa ratusan fatwa ulama Islam telah diterbitkan untuk melanggar HAM? Ini merupakan kontradiksi logika yang hebat.
13.    Bila melihat latar belakang kehidupan Muhammad, adalah sulit sekali untuk dapat menerima bahwa ia adalah seorang yang suci. Peri kehidupan sexnya dengan banyak pelayan wanitanya/harem dan terlebih lagi dengan Aisha, gadis yang baru 9 tahun umurnya, sangat mengherankan dan mengerikan. Hubungan sex antara pria umur 54 th (Muhammad) dan Aisha (9 th) bila terjadi saat ini akan disebut kasus pedophili, dan pelakunya (yang dewasa) dapat dituntut hukuman penjara. Hal ini juga merupakan kontradiksi logika yang luar biasa (seorang nabi melakukan pedophili).
14.    Dalam kariernya, Muhammad melakukan: 47 pertempuran, pembantaian orang Yahudi, pemenggalan kepala masal (dimana Muhammad hadir), dan pembunuhan terencana tokoh Arab yang menjadi lawan politiknya di Medina. Perangainya yang suka kekerasan sangat mewarnai berbagai ayat yang mentolerir kekerasan dalam Alqouran, sebagai contoh ayat2: (2:191), (9:123), (9:5), (8:65 ), (25:52), (66:9), (47:4) dan (9:29). Ini merupakan kontradiksi yang menarik, seorang nabi kok gemar kekerasan dan bersifat sadis! Menurut para ilmuwan diatas, Muhammad lebih tepat bila disebut politisi daripada nabi. Hal ini juga mengindikasikan bahwa Alqouran lebih mencerminkan watak Muhammad yang keras dan sadis dari pada watak Tuhan yang penuh kasih sayang!
15.    Pengakuan resmi dan pemberian kedudukan yang amat luar biasa tingginya dalam Alqouran terhadap Yesus, yang dikenal sebagai Isa, yaitu sebagai: nabi Ulul Azmi (nabi yang memiliki keunggulan dibandingkan nabi-nabi yang lain), bahkan Isa juga diberikan atribut yang indah yaitu sebagai pemuka manusia baik di Bumi maupun di Langit (sebagai referensi tambahan: Alwi Shihab, mantan menteri dan petinggi NU, harian Kompas tertanggal 18 Desember 2003), serta pernyataan bahwa nabi Isa lah yang akan menjadi hakim paling adil di akhir jaman nanti membuat Alqouran kehilangan kekuatan magis dan super naturalnya, serta menjadikan Muhammad nabi kelas bawah (apalagi bila hal ini sering diungkapkan ke publik, maka lebih baik jarang diungkapkan/diendapkan). Aliran Ahmadiah juga menghormati nabi Isa dan juga menantikan kedatangan kembali nabi Isa. Bila Isa adalah hakim di akhir jaman (kiamat) dan sangat dihormati, maka sudah selayaknya Isa dihormati, dan ajaran Isa semestinya diajarkan dalam Islam sebab nantinya Isa tentu saja akan mengadili manusia menurut ajaran Isa pula; namun ternyata ajaran Isa justru tidak diajarkan dan Isa diperlakukan bagaikan musuh. Ini juga merupakan suatu kontradiksi yang hebat, seorang nabi yang terunggul menurut Alqouran justru dimusuhi!
16. Muhammad, dalam  Alqouran, juga menganjurkan pada pemeluknya untuk belajar sampai ke negeri Cina. Perlu diketahui, saat itu adalah jaman keemasan agama Budha. Ini berarti, Muhammad secara tidak langsung menandaskan bahwa Budhism jauh lebih baik dari ajaran beliau! Atas pernyataan Muhammad sendiri itu (poin 15 dan 16), maka Islam adalah bagaikan agama yang rangking sekian – dibawah; tidak mengherankan manusia cerdas berkulit putih (Eropa) dan kuning sipit (Jepang, Korea, Taiwan, RRC) sulit menerima Islam mengingat Muhammad kurang yakin atas ajarannya sendiri! Maka juga tidaklah mengherankan bila ada kritik keras terhadap Islam, selalu dilawan dengan kekerasan bahkan ancaman pembunuhan bagi pengkritiknya!
17.    Konsep ke esaan Tuhan dalam Islam terlalu sederhana untuk melukiskan ke Maha Besaran Tuhan. Dalam agama Hindu, Tuhan digambarkan dengan indah sekali sebagai kekuatan 3 dewa: perusak, pemelihara, dan pencipta, kemudian dalam mengelola dunia, disertakanlah peran dewa-dewi yang lain, sungguh gambaran yang indah tentang Tuhan. Dalam agama Kristen, Tuhan digambarkan sebagai Tri Tunggal: Bapa, Putra dan Roh Kudus; sebagai gambaran: air dapat berupa fase cair, uap dan padat (es), atau sekaligus ketiga fase itu hadir bersama, namun ia tetap satu yaitu air; kebetulan umat Kristen telah bersentuhan dengan Tuhan secara manusiawi liwat fase Es (Isa), maka tidak heran bila mereka lebih sering menyebut Isa/Yesus (Es) daripada Tuhan (air). Untuk lebih memperjelas lagi, sebagai ilustrasi: dalam Islam seolah-olah manusia yang esa/tunggal/satu itu ya manusia, titik. Agama lain menggali  manusia lebih jauh lagi, misalnya ternyata manusia yang satu itu terdiri atas roh, pikiran dan jiwa, dimana ketiganya bisa dirasakan kehadirannya, namun tetap menyatu (esa) dalam diri manusia. Semua konsep tentang ke Esaan Tuhan ini (dan juga IPTEK)  dirumuskan oleh manusia, tidak ada yang jatuh dari langit (tiban), jadi mungkin dapat saja salah, ini tidak masalah mengingat manusia belum selesai atau tidak akan pernah selesai memahami Tuhan! Sayang sekali, ada sementara orang yang pengetahuannya/konsepnya tentang Tuhan hanya sedikit dan sederhana sekali, namun justru memarahi atau bahkan mengkafirkan manusia lain yang pengetahuannya tentang Tuhan justru lebih banyak! Ini bagaikan ilmuwan Blaise Pascal memarahi ilmuwan Einstein! Ini juga kontradiksi nalar. Ibarat manusia yang pengetahuan matematiknya haya terbatas pada tambah, kurang, kali, bagi – kok menyalahkan manusia yang tahu bilangan imaginer bersama diferensial integral!
18.    Muhammad/Alqouran mengajarkan penyembahan berhala yaitu batu besar yang disebut Ka’bah yang harus disembah dan menjadi kiblat doa umat Islam. Untuk melihat dan berdoa disekitar Ka’bah, biayanya sangat besar, namun Alqouran menganjurkan untuk dapat kesana sampai 7 kali! Kiblat doa ke Ka’bah juga akan menyulitkan bagaimana seorang astronaut Muslim harus berdoa diatas pesawat antariksanya (Ka’bah dibawahnya). Benarkah Tuhan menginginkan agar Ia disamakan dengan sekedar batu besar? Ataukah ini keinginan Muhammad untuk memperkaya negara, lembaga dakwah dan agamanya? Sungguh tidak nalar.
19.    Muhammad/Alqouran mendesain penjajahan kebudayaan bagi negara penganut Islam dengan cara: mengharuskan menggunakan bahasa Arab dan meniru cara berpakaian, berdoa, berseni, dan bernegara (politik, hukum dan perbankan). Dengan strategi ini, otomatis kebudayaan Arab akan mewabah, sebaliknya kebudayaan/keyakinan setempat akan tertindas. Benarkah Tuhan menginginkan bahasa dan kebudayaan Arab yang levelnya masih jauh tertinggal dibanding beberapa kebudayaan lain sebagai ‘terpilih internasional’? Atau ini sekedar keinginan Muhammad? Apakah ini bukan politisasi kebudayaan dengan mengatas namakan Tuhan, sungguh tidak nalar.
20.    Muhammad/Alqouran mengajarkan bahwa ada bulan suci yaitu Ramadhan (bias waktu), ada tempat suci yang disebut Mekah (bias tempat), kemudian menyatukannya dengan ajaran bahwa wajib bagi umat Islam untuk pergi naik haji ke Mekah dengan diberi imbalan kepastian naik surga, gelaran tamu Allah dan pengampunan dosa setahun. Dengan demikian, umat Islam tergerak untuk bolak-balik naik haji ke Mekah walau membutuhkan biaya banyak dan kalau perlu harus menjadi miskin (bagi yang ekonomi menengah/lemah). Benarkah Tuhan menginginkan DiriNya atau SurgaNya dijual semurah itu? Benarkah Tuhan menginginkan ajaranNya menjadi mesin pencuci dosa (ada money laundry, ada sin laundry)? Bukankah ini suatu bentuk ketidak adilan karena yang kaya bagaikan mampu membeli surga sedangkan yang miskin lalu tidak mampu membeli surga (katanya Tuhan Maha Adil)? Bukankah hal ini akan menyebabkan suatu negara terjerembab menjadi bangsa yang hipokrit-munafik karena penguasanya yang hobi berbuat KKN dan suka melanggar HAM ternyata merasa sama sekali tidak bersalah/berdosa atau bahkan merasa suci-bersih kembali dengan hanya cukup naik haji atau cukup berpuasa? Bukankah bagi negara diluar Arab, hal ini mengakibatkan terkurasnya devisa/uang setempat, pemiskinan masyarakat lokal, dan menumbuh suburkan pelaku KKN dan pelanggar HAM? Sedangkan bagi negara Arab, agama dibuat kedok sebagai penghasil “devisa pariwisata”. Benarkah Tuhan menginginkan hal setolol ini, menguras negara miskin, memakmurkan negara kaya?  Benarkah Islam hanya sekedar sin laundry?
21.    Alqouran mengajarkan umat Islam untuk beragama namun dengan sifat tidak percaya diri (PD). Berbagai main larang-melarang buku, pendirian, temuan baru, inovasi, kreativitas, dinamika baru dalam teologi, filsafat, kebudayaan, bahkan ilmu pengetahuan adalah buktinya. Demikian pula, “membungkus wanita Muslim” sehingga cukup sekedar nampak wajahnya atau matanya saja menunjukan kekurangan PD mereka; wanita bagaikan barang yang terus diplastiki takut rusak. Hal ini juga menyiratkan: a) ngeresnya (kotornya) pikiran, sebab cukup melihat betis wanita atau pusar wanita saja maka kaum lelakinya langsung terjangkit pikiran mesum (ngeres) atau berahi, di negara modern, wanita dan lelakinya sudah jauh sekali (bebas) dari “pikiran mesum” melihat hal2 seperti itu; b) tidak menghargai karunia Tuhan bahwa wanita itu diberi banyak keindahan, misalnya rambut (ingat ungkapan:”Rambut adalah mahkota wanita”), dan keindahan bodi wanita (ingat ungkapan:”Aduh bodinya indah sekali seperti gitar Spanyol”), jadi bila diibaratkan: membungkus wanita sama saja menutupi dengan plastik suatu pemandangan pegunungan atau patung karya seni yang indah sekali, jadi sama sekali tidak ada penghargaan bagi sang Pencipta keindahan itu sendiri! Bayangkan saja bintang film secantik Krisdayanti, Nicole Kidman, dan Agnes Monica hanya kelihatan matanya atau wajahnya saja! c) Justru dinegara muslim yang keras, perkosaan malah banyak terjadi (lihat nasib TKW Indonesia); sedangkan dinegara maju/modern para wanitanya mendapat perlindungan hukum yang baik (misalnya Sexual Harashment). Sungguh aneh dan tidak logis, suatu agama membuat pemeluknya untuk beragama secara tidak PD dan mengingkari atau tidak menghargai kreasi Sang Pencipta dalam hal keindahan yang naturalistik sekaligus memandang wanita hanya sebagai manusia kelas dua dan objek kambing hitam napsu berahi kaum pria!
22. Alqouran/Muhammad menandaskan bahwa Allahnya orang Islam tidak pandai mathematika. Hal ini nampak jelas sekali dari hukum pewarisan pada ayat [4:11] (Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu) dan [4:12] (Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak). Bila hukum pewarisan ini dilaksanakan, maka akan terjadi keanehan luar biasa, sebab akan terjadi kelebihan dari semestinya. Sebagai contoh, kasus 1: Jika yang meninggal memiliki 4 anak cewek plus 2 orang tua plus istri. Maka menurut hitung-hitungan muhammad adalah: 2/3 (ayat 11) + 1/3 (ayat 11) + 1/8 (ayat 12) = 1 + 1/8 (loh kok kelebihan?). Contoh kasus 2: jika yang meninggal TAK MEMILIKI anak, memiliki 1 suami dan 2 saudara PEREMPUAN: 1/2 (ayat 12) + 2/3 (ayat 176) = 1 + 1/6 (loh kok kelebihan lagi?). Untuk anda yang penasaran dan menginginkan contoh yang lebih detil lagi, silahkan baca contoh-contoh perhitungan pewarisan ala Islam yang begitu memalukan kesalahannya di http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/ (artikel paling banyak dibaca oleh pengunjungnya). Sungguh tidak masuk akal, Sang Maha Tahu ternyata dibuat menjadi bodoh mathematika oleh Muhammad melalui Alqouran!
23.    Seperti dikatakan diatas, Alqouran adalah sangat terbatas, tidak sempurna, dan buku yang termasuk edisi lama (ribuan tahun y.l), maka keinginan untuk meng Islamisasi berbagai hal seperti hukum negara (syariah), perbankan, ilmu pengetahuan, bahkan kebudayaan adalah jauh dari nalar dan bertentangan dengan sifat Tuhan yang dinamis dan menjujung tinggi pluralisme. Islamisasi segalanya bagaikan membalikan dunia kemasa lampau seperti abad kegelapan Eropa (abad 17) disaat bangsa Eropa dibuat mendem/mabok agama Kristen oleh para pemuka agama dan penguasa politik!
24.    Masih ada kaitan dengan diatas, hal lain yang kurang logik adalah jurus apologi. Karena para pemuka agama Islam kesulitan mencari negara berbasis agama Islam yang bisa dijadikan model/tauladan yang baik misalnya dalam hal demokrasi dan penegakan hukum, maka seringkali untuk menutupi kelemahan ini lalu mereka mengatakan bahwa negara lain: yang non Islam namun baik, itulah yang lebih Islami; misalnya saja hukuman tegas, yaitu mati, bagi para koruptor di RRC lalu diaku sebagai hukuman yang lebih Islami, lalu negara yang demokratis dan menghormati HAM secara baik seperti Eropa juga disebut lebih Islami daripada negara Islam; ini adalah jurus apologi yang sama sekali tidak fair, tidak logik, bahkan boleh dikata menipu umat: karena tidak mampu berprestasi sendiri, lalu meminjam prestasi orang/negara lain sebagai contoh, sekaligus sebagai pernyataan maaf atas ketidak mampuan berprestasi sendiri. Demikian pula dalam hal moral dan etika, karena negara Islam tidak mampu menjadi teladan atau justru menjadi negara KKN dan pelanggar HAM nomor wahid seperti Indonesia, maka para agamawan Islam yang merangkap sebagai politikus selalu menimpakan atau mengalihkan ketidak mampuan ini pada “kambing hitam” yang lain, misalnya kebudayaan barat, internet, maraknya pronografi, atau kurangnya pelaksanaan hukum syariah Islam. Padahal negara-negara modern yang aman, tentram, sejahtera, dan bermoral tinggi,  justru negara-negara yang sudah sangat dewasa dimana penduduknya tidak begitu perduli dengan agama lagi! Politik kambing hitam dan “buruk muka cermin dibelah” sangat membahayakan harmonisasi hubungan antar manusia didunia.
25.    Dengan banyaknya ayat2 yang kontradiksi dengan nalar, maka cara menyebarluaskan agama Islam adalah dengan sistim pendidikan yang searah dan memaksa (brain washing, doktriner, menghindari debat dan diskusi), dimulai sejak kecil (pengajarannya disertai hal2 yang tidak nalar dan sering menakut-nakuti anak kecil: misal dibakar dan ditusuk saat dineraka, mau masuk surga ditanyai agamanya apa, dst.), melalui politisasi agama – direkayasa berbagai aturan yang bertentangan dengan nalar dan HAM untuk melindungi agama Islam, misalnya: melarang kawin campur dan melarang pindah agama, mewajibkan hukum syariah untuk suatu daerah/negara, sistim pendidikan yang porsi jamnya banyak dihabiskan untuk agama, ancaman perusakan, kekerasan s/d pembunuhan bagi yang mengkritisi Islam (fatwa mati), dsb.  Pikiran modern yang berusaha mengupdate ayat2 yang sudah ketinggalan jaman ini sering dilawan dengan kekerasan, tak jarang pengusulnya difatwa hukuman mati. Tidak mengherankan bila sampai dengan detik ini belum ada negara Islam yang demokratis dikarenakan banyaknya kontradiksi logika dalam Islam yang harus dijagai dengan kekerasan dan kediktatoran. Padahal sifat Tuhan adalah logis dan demokratis, serta suka berdebat sebab Maha Cerdas, maka ini adalah kontradiksi nalar lagi!
26.    Last but not least, dengan karakteristik Alqouran yang: tiban, isi kitab yang banyak bertentangan dengan logika, bias lokasi, bias budaya, sangat terbatas oleh isi, ruang dan waktu, bias gender, bias binatang, bias tapsir, bias matematika, nabinya (Muhammad) meninggikan nabi lain (Isa) dan keyakinan lain (Budha), kurang mencerminkan kecerdasan Tuhan, kurang mencerminkan sifat kasih sayang Tuhan (banyak sadismenya), statis-kaku-beku, dan sama sekali tidak mencerminkan ke dinamisan dan ke Maha Besaran Tuhan, mengandung pelanggaran HAM, dst., maka dapat disimpulkan  bahwa Alqouran justru bertentangan dengan sifat-sifat Tuhan itu sendiri. Dalam perkembangannya, kotbah2 ulama Islam lebih banyak mengakomodasi kebenaran2 umum, kata2 mutiara, dan mutiara2 kehidupan yang juga umum dalam ceramah ke agamaannya.
Sebagai penutup, para prof. tsb. menyarankan agar:
o    Untuk anak2, agar pendidikan budi pekerti lebih dipentingkan daripada agama (abstraksi anak2 tentang Tuhan belum mampu). Di negara modern, agama sudah tidak diijinkan untuk diajarkan di sekolah2 negeri, agama adalah tanggung jawab pribadi dan orang tua.
o    Agama adalah kebebasan, maka sebaiknya dipilih setelah dewasa (bukan kanak2). Memilih agama jangan hanya karena umatnya banyak (jutaan atau milyaran), melainkan karena mutunya dan tingkat rasionalitasnya. Agama yang baik tidak mementingkan jumlah umat, melainkan mutu ajaran dan umatnya. Emas itu lebih sedikit daripada loyang/besi, doktor itu lebih sedikit daripada lulusan SMU/SMA, pemenang hadiah Nobel itu hanya segelintir manusia saja! Negara Belanda yang hanya sebesar Jawa Barat mampu menjajah Indonesia selama 300 tahun, Jepang yang hanya sebesar Sumatra mampu menundukan ekonomi dunia, jadi – jelas bukan? Bukan kuantitas, melainkan kualitas SDM. Apa gunanya agama dengan umat yang banyak dan dominan disuatu negara pabila rasionya terbelakang? Jumlah umat yang banyak namun hanya mempunyai mental seperti kumpulan domba atau kumpulan ikan adalah justru memprihatinkan; sebab setiap domba adalah peserta sekaligus pemimpin pada saat yang sama, masing-masing saling tergantung satu sama lain, masing2 begitu mudah saling menyesatkan. Kumpulan ikan juga berkeliaran dengan cara yang sama. Tapi manusia adalah lain, kita tidak selayaknya mengikuti yang lain secara membabi buta! Kita punya hati nurani, kecerdasan dan nalar! Jadi, justru mungkin sekali bahwa agama yang irasional namun mayoritas justru akan membuat suatu negara menjadi terbelakang dan masyarakatnya tertinggal dibanyak hal (kecerdasan, kemakmuran, keamanan dan keadilan). Atau dengan kata lain, umat beragama yang banyak, mayoritas, dominan namun dengan kualitas SDM setingkat kumpulan domba atau ikan justru hanya akan membebani serta merugikan negara dan bangsanya! Memilih agama tuk kemudian beragama secara santun, baik, dan benar harus tetap mengedepankan rasio yang kritis, analitis, dan berpengetahuan yang luas dan terbuka terhadap science dan agama2/kepercayaan2 yang lain.
o    Agama masih tetap diperlukan oleh banyak manusia sebagai salah satu pintu masuk untuk mengenal Tuhan, namun agama apapun seharusnya tidak boleh bertentangan dengan nalar/logika, apalagi menyetop pengetahuan (membatasi) tentang Tuhan sebatas pada nabi tertentu saja. Agama juga tidak boleh digunakan untuk membentuk dinding penyekat antar manusia, sebab Tuhan itu tidak membeda-bedakan.
o    Dinegara modern, manusia sudah tidak mencari atau berhenti pada suatu agama beserta kitab sucinya yang sangat terbatas, melainkan terus mencari Tuhan Yang Maha Tak Terbatas! Manusia modern berpendapat bahwa agama yang sangat terbatas itu telah dipakai untuk: membatasi Tuhan demi kepentingan duniawi semata dan juga membatasi (mengkotak-kotakan) manusia, dan seringkali ujung-ujungnya adalah duit (UUD) dan kekuasaan!
o    Pada umumnya, agama akan tumbuh dan berkembang dengan baik dinegara yang: miskin, tidak stabil dan terbelakang (pendidikan rendah, SDM masih bernalar rendah), serta banyak terjadi pelanggaran HAM dan KKN. Di negeri semacam ini, agama seringkali menjelma menjadi kekuatan/alat politik yang hebat, menjadi bahan mimpi (negara yang seperti surga) dan seringkali berubah wajah sekedar menjadi alat kekuasaan belaka serta menjadi alat perusak kerukunan bangsa! Sedangkan bagi para pelaku pelanggaran HAM dan KKN kelas berat, agama adalah tempat persembunyian yang teraman, tenang dan tentram, inilah salah satu sebab maraknya kemunafikan! Sebaliknya, agama di negara maju-modern sudah dianggap tertinggal dan kurang diperlukan mengingat watak agama yang seolah-olah sengaja dibuat statis-kaku-beku oleh para penguasa agama; agama yang seperti ini bagi manusia yang cerdas-maju-modern sudah bagaikan “sun set technology” (teknologi yang sudah mulai usang/terbenam), sebab prinsip utama kemajuan kebudayaan antara lain adalah evolusi dan perubahan (change).
o    Penyebaran agama seringkali ditumpangi kebudayaan asal agama itu; bila tidak hati2, maka perkembangan suatu agama dapat memusnahkan atau melemahkan/melecehkan kebudayaan lokal setempat.
o    Cara suatu bangsa memahami Tuhan dan mempraktekan agama mencerminkan tingkat penalaran bangsa itu sendiri.
o    Beberapa oknum pemuka agama mencoba mengkelabui umatnya dengan menandaskan bahwa kitab sucinya serba bisa-serba pintar, misalnya bisa menjelaskan fisika, biologi, ekonomi, perbintangan, nuklir, komputer, dst. Para ilmuwan busuk lalu diminta mengarang buku2 yang isinya, sebenarnya mengada-ada serta mereka-reka, seolah-olah kitab suci itu maha bisa, maha kuasa, dan maha luar biasa; padahal sebaliknya maha terbatas (baca point 7 diatas)! Ingat, tak ada seorang ilmuwan top pemenang hadiah Nobel yang mengkaitkan kepakaran keilmuannya dengan kitab suci, sebab kitab suci ditulis untuk menjelaskan adanya kehidupan yang jauh lebih baik setelah mati (surga) beserta cara untuk dapat sampai kesana (surga), jadi kitab suci ditulis bukan untuk menjelaskan fisika, biologi, ekonomi, perbintangan, nuklir, komputer, dst. Gejala rekayasa ini, yang sedang marak di Indonesia, dapat dipahami mengingat sejarah lampau agama Kristen/Katholik yang mulai ditinggalkan oleh para ilmuwan akibat kebekuan dan kekakuannya. Maka untuk menghindari nasib serupa (Islam takut ditinggalkan oleh umatnya), oleh sementara pemuka Islam, dirasa perlu dikarang ke maha hebatan kitab suci (Alqouran) yang mampu apa saja! Dan gerakan ini biasa disebut Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Harap hati2 dengan kecap nomor 1 dari oknum pemuka agama ini! Sungguh dapat dikatakan bahwa para oknum pemuka agama ini telah: menyesatkan, membodohi serta membuat bodoh umatnya bahkan bangsanya! Ingat di abad 17 hal sama telah terjadi di Eropa, saat Paus menghukum ilmuwan kelas Dunia seperti Gallileo, Kopernikus, dan Charles Darwin karena pendapat ilmuwan ini dianggap tidak Kristiani dan menentang kitab Injil. Bila tidak hati2, sejarah akan berulang kembali di Indonesia, akan terjadi penghukuman ilmuwan atas dasar tidak Islami dan menentang Alqouran.
o    Akhirnya, klaim bahwa agama Islam adalah sempurna dan yang terakhir justru merupakan kelemahan yang fundamental/mendasar bagi agama Islam, sebab Islam telah membatasi dan memenjarakan Tuhan pada masa lampau, dan telah mengkotak-kotakan manusia. Hal ini tidak terjadi pada Budha dan Yesus, sebab mereka tidak mendirikan agama dan tidak membatasi nabi, serta ajaran mereka banyak memakai kiasan yang dinamis (tidak statis). Cara mengajar mereka juga penuh perdebatan/dialog ketimbang brain washing (Islam). Maka tidaklah mengherankan bila manusia cerdas-kritis-analitis di Eropa dan di Asia (berkulit kuning-sipit) lebih suka mempelajari dan menghayati Budha dan Yesus daripada Muhammad.

Selain itu, ditinjau dari sisi Indonesia, pengamalan dan penghayatan agama Islam yang tidak santun dan cerdas akan sangat merugikan bangsa dan negara, sebagai contoh:
·    Masa puasa dan lebaran yang berkepanjangan (30 hari puasa, lalu lebaran, disertai lebaran ketupat menjadikan bangsa ini pemalas dan tertinggal, karena hampir 40 hari dihabiskan tuk hal yang kurang bermanfaat), dan yang lebih parah lagi: membuat bangsa ini mabok/mendem agama!
·    Masa naik haji, misalnya saja, seorang pejabat tinggi negara dapat menghabiskan waktu 45 hari kerja untuk pelaksanaan ibadah haji: 7 hari persiapan, 30 hari upacara di Mekah, 7 hari lagi pesta di rumah; simak komentar mereka yang naik haji: Naik haji jauh lebih berat dari pada mantu (menikahkan anak!); sungguh ini adalah pemborosan waktu, tenaga, dan uang yang luar biasa.
·    Devisa yang dihambur-hamburkan ke negara asing (Arab) melalui ibadah haji sungguh besar sekali.
·    Tradisi menghabiskan liburan panjang saat lebaran yang aneh, setiap tahun hilir-mudik, bolak-balik kembali ke daerahnya dengan mengatas namakan agama dan Tuhan, padahal butuh perjuangan yang luar biasa mengingat sulitnya dan mahalnya transportasi; bagi suku/bangsa lain mungkin cara menghabiskan liburan lebaran semacam ini adalah kebodohan! Manusia lain menggunakan liburan dengan cerdas yaitu refreshing dengan melihat benua/pulau/daerah lain, bukannya seperti katak dalam tempurung, hanya 2 titik saja yang dikunjungi sepanjang hidupnya itupun dengan amat bersusah payah!
·    Cara berdoa dan berkotbah pada masjid-masjid di Indonesia yang hingar-bingar sungguh sangat meganggu ketenangan dan ketentraman umum serta mencerminkan masyarakat yang berkualitas rendah dan suka melanggar HAM. Bukankah Tuhan tidak tuli?
·    Menyatunya pemimpin/organisasi Islam dengan politisi busuk telah menyebabkan Indonesia mengalami krisis kebudayaan yang berkepanjangan, contoh nyata adalah: krisis moral, kebodohan dan kemiskinan struktural.
·    Yang paling menakutkan adalah penggunaan agama oleh negara asing (misal Timur Tengah) untuk: politik, menjajah budaya dan ekonomi. Hal ini juga dapat membuat Indonesia pecah berantakan. Untuk hal ini harap dibaca artikel2 di web site diatas beserta link2nya.

SEBAGAI PENUTUP, ITULAHLAH BERBAGAI TANTANGAN YANG PALING BERAT BAGI UMAT ISLAM (DAN JUGA AGAMA LAIN). Masa depan agama sangat tergantung pada tingkat rasionalitas para pemimpin agama beserta umatnya. Agama yang tidak rasional sebaiknya bubar saja! Manusia modern-kritis-cerdas-analitis-sadar-bijak merasa sudah tidak perlu beragama lagi, namun merasa tertantang untuk terusmenerus untuk hidup secara baik-benar-religius. Mohon bantuan agar artikel ini dapat disebarluaskan, demi mencegah kesempitan beragama yang akan bermuara pada: penyempitan ke Maha Besaran Tuhan, pengkotak-kotakan manusia, kemunduran negara dan kerusuhan serta kriminal berbaju agama seperti terorisme dan perusakan/pelarangan atas beda faham. Dan kalau pemimpin umat beragama tidak aktip menentang (atau justru diperalat) struktur2 sosial dan organisasi2 ekonomi yang menyebabkan kemiskinan, kelaparan, dan kebodohan, agama justru akan menjadi hantu masyarakat; kemudian kalau agama tidak mengungkapkan cinta kasih Tuhan serta tidak menjadi pionir dalam konstruksi kemajuan budaya suatu bangsa, maka agama justru patut disamakan dengan sumber ketidakadilan, pembodohan, kemunduran dan penindasan. Sekali lagi, agama masih sangat diperlukan, namun setiap agama harus selalu dijaga agar tidak boleh bertentangan dengan nalar/logika, untuk itu setiap agama perlu mengadakan revisi dan reformasi secara berkala, sebab Tuhan bukan hanya masa ribuan tahun yang lalu, melainkan masa depan yang masih milyaran tahun lagi. Kritik dan saran anda yang positip sangat ditunggu dan diharapkan, demi revisi artikel ini. Mohon dihindari emosi dan kebodohan yang tidak perlu dalam menanggapi setiap isi artikel yang cerdas; sebab sering terjadi dikarenakan ketidak mampuan menerima pendapat orang lain yang lebih: intelektual, maju, cerdas dan bijak, lalu mengakibatkan tanggapan emosional misal dalam bentuk anjuran untuk penutupan web site, atau bahkan kekerasan atau fatwa hukuman mati (seperti fatwa untuk Salman Rusdi, Ulil Absar Adhala, dll.). Terima kasih…

Sumbangan LSM Merah Putih Bali

2 Responses to “MENGAPA SEMAKIN BANYAK MANUSIA CERDAS-KRITIS-BIJAK MENINGGALKAN AGAMA?”

  1. Mr WordPress Says:

    Hi, this is a comment.To delete a comment, just log in, and view the posts’ comments, there you will have the option to edit or delete them.

  2. Komen Tator Says:

    MENGENAL SUMBER KEKERASAN & KRISIS KEBUDAYAAN INDONESIA (BEST SELLERS)

    Indonesia kaya raya namun pemerintah dan rakyatnya miskin. Fakta berikut ini sangat menyakitkan bagi rakyat Indonesia (terutama kaum intelektualnya):
    Indonesia bagaikan provinsi Jepang bila dilihat dari sisi produk elektronika dan otomotip; Indonesia bagaikan negara bagian Amerika bila dilihat dari sisi penguasaan natural resources dan kekuasaan IMF (melalui hutang2nya);Indonesia bagaikan negara yang tidak mempunyai jatidiri (kepribadian/personality) bila dilihat dari sisi: Nurdin Top, Dr Ashari, Habib Riziq, Ustad Basyir; karena hanya cukup dengan segelintir manusia, 250 juta rakyat Indonesia dapat dibuat kalangkabut!;Indonesia bagaikan negara yang tidak mempunyai: rasa malu, SDM berkualitas dan bermoral, bila dilihat dari sisi ekspor terbesar berupa tenaga kerja pembantu rumah tangga, itupun sering mengalami abuse tanpa pemerintah mampu membelanya.; Indonesia bagaikan negara yang tidak cerdas dan tidak punya nilai kompetitive bila dilihat selalu kalah bersaing dengan Thailand, Singapore, Malaysia, Vietnam, RRC, dst., dalam berbagai bidang (pendidikan, agribisnis, industri, olahraga, dsb.) . Untuk mengetahui asal-muasal kemunduran/krisis kebudayaan Indonesia yang telah mengakibatkan semua fakta diatas dan krisis berkepanjangan, maka silahkan dibaca artikel/bacaan yang berbobot kelas dunia di web site best sellers sbb. :
    http://religiositas21.wordpress.com/ (agama, politik dan religiositas)
    http://www.forum21.blinkz.com/ (carutmarut politik di Indonesia)
    (sebagai tambahan web blog ini)

    Dengan membaca artikel2 diatas, IQ dan EQ anda dipastikan akan berkembang dengan pesat. Dan untuk para sivitas akademika di Perguruan Tinggi, terutama para Professor serta Doktor (yang dapat diasumsikan sebagai manusia tercerdas di Indonesia) mohon kontribusi pemikiran anda demi mempercepat kebangkitan Indonesia melalui penulisan di web Blog (semudah menggunakan Microsoft Word), anda yang cerdas janganlah berpangku tangan dengan hanya menjadi sekedar penonton dan penikmat KEMUNDURAN KEBUDAYAAN INDONESIA – AKTIPLAH! Last but not least, besar harapan kami agar tulisan ini berikut alamat web blog beserta artikel2 kelas berat didalamnya dapat disebarluaskan/diiklankan dan dapat dijadikan topik utama dalam berbagai seminar/diskusi/siaran pada berbagai media (atau silahkan dibukukan). Tak lupa maafkan kami bila ada yang tak berkenan dihati saudara. Selamat membaca, berdiskusi dan berkomentar.

Leave a comment